Dan saya mulai merasa tidak enak badan :(.
April 24, 2024
Tui, Spain
Â
Saya tiba di kota Tui sehari sebelumnya dan menginap di salah satu albergues (hostel) terbaik yang dapat ditemukan di sepanjang rute tersebut.
Villa San Clemente albergue terletak tepat di rute Camino. Ini menjadi sebuah nilai tambah bagiku. Albergue itu sendiri memiliki taman-taman berisikan patung yang indah yang merupakan tempat sempurna untuk duduk membaca atau beristirahat di pagi atau sore hari yang cerah di Spanyol.
Â
Bangunan itu juga memiliki plakat di depan yang menyatakan bahwa dulunya terdapat kuburan Romawi yang menyimpan relik St. Klemens martir selama ratusan tahun sebelum relik tersebut dipindahkan ke Katedral. Saya sayangnya hanya melihat plakat ini ketika saya meninggalkan albergue untuk memulai perjalanan saya sehingga saya tidak memiliki kesempatan untuk bertanya kepada orang-orang yang mengelola hotel tentang hal itu.
Â
Kota Tui sendiri adalah sebuah kota yang indah yang terletak tepat di tepi sungai. Kota ini memiliki sebuah Katedral yang indah (yang sayangnya tidak saya kunjungi), dan juga semua toko penting untuk semua kebutuhan pokok. Saya telah menghabiskan sore sebelumnya pergi melihat pusat kota kecil dan mampir ke supermarket untuk belanja keperluan makanan, serta mengambil Paspor Peziarah saya di toko peziarah kecil di dekat katedral.
Â
Hari sebelum dimulainya perjalanan diisi dengan campuran rasa cemas dan kegembiraan. Kecemasan yang saya rasakan disebabkan oleh kondisi kesehatan yang kurang baik. Saya bangun dengan sakit tenggorokan dan takut bahwa saya tidak akan cukup sehat untuk memulai berjalan keesokan harinya sesuai rencana.
Saya menyadari bahwa saya harus menggunakan hari libur ini untuk merawat tubuh saya, istirahat yang cukup, dan berharap saya akan cukup baik untuk berjalan. Jadi saya pergi ke apotek dan mendapatkan vitamin untuk menambah imunitas dan sleep aid, dan menghabiskan sebagian besar hari di tempat tidur. Saya telah memesan kamar pribadi di albergue dan saya bersyukur atas keputusan itu karena saya bisa istirahat dengan tenang tanpa khawatir tentang orang lain di kamar.
Jujur saya merasa sedikit kecewa karena saya tidak merasa sehat pagi itu. Saya sudah membuat banyak rencana untuk hari itu. Saya ingin menjelajahi tepi sungai kota, saya ingin mengunjungi katedral Tui yang megah, dan bahkan berjalan ke perbatasan Spanyol dan Portugal. Tapi alam semesta punya rencana lain dan saya harus istirahat saja. Sayapun menerimanya dan berlanjut untuk tidur siang karena 9 hari berikutnya akan menjadi petualangan utama yang membutuhkan semua energi dan stamina saya.
Â
Pada sore hari, sambil memasukkan barang-barang ke dalam koper, saya menyiapkan semua pakaian yang akan saya pakai keesokan harinya dan mulai merasa semakin gugup. Saya menjadi cemas dengan memikirkan semua kemungkinan yang harus saya siapkan saat berjalan di luar selama berjam-jam, seperti kemungkinan dingin, panas, dan hujan. Suhu diperkirakan akan 5 derajat Celsius keesokan pagi, sehingga artinya saya harus mengenakan lapisan pakaian yang cukup agar tetap hangat. Namun, matahari diperkirakan akan cukup hangat di tengah hari.
Â
Saya mencoba memprediksi apa yang akan saya perlukan di dalam ransel saya: dari granola bar hingga minyak atsiri, dan semua permen hisap tenggorokan dan obat-obatan yang akan saya butuhkan selama perjalanan. Rasanya seperti saya tidak pernah bisa siap. Begitu banyak 'bagaimana jika..' yang melintas di pikiran saya dan jelas tidak ada jawaban untuk mereka.
Â
Setelah beberapa saat, saya meredakan kekhawatiran di kepala saya dan hanya percaya bahwa saya telah membawa apa yang saya butuhkan.
Â
Stres dari kekhawatiran tentang kesehatan juga tidak membantu saya. Di sore hari, saya masih merasa sakit tenggorokan dan merasa energi saya rendah. Mungkin juga rasa gugup yang sya rasakan telah menambah gejala tidak enak badan. Pikiran saya sendiri seperti siklus kekhawatiran yang yang tidak pernah berhenti. "Cukup," kata saya pada diri sendiri, dan mulai mengambil napas lebih dalam untuk berserah pada apapun yang akan terjadi keesokan paginya, apakah saya bisa berjalan atau tidak.
Â
Perjalanan Camino de Santiago ini penuh dengan tantangan dari awal ide tercetus. Akhirnya sampai di Tui sudah terasa seperti sebuah keajaiban, seolah-olah Alam Semesta mengizinkan saya untuk melakukan perjalanan ini. Jadi saya mengingatkan diri sendiri tentang hal itu dan mengajak diri saya untuk rileks dan mulai bersantai.
Â
Untuk makan malam, saya memanaskan separuh sandwich saya dan sup yang saya punya. Menikmatinya di teras yang masih terang oleh sinar matahari. Lalu saya menyudahi hari dan pergi tidur dan berharap bahwa pada keesokan hari saya dapat bangun dalam kondisi baik untuk memulai hari pertama Camino de Santiago.
.
Комментарии